ARTICLE AD BOX
Makam ini merupakan tempat peristirahatan terakhir dari I Gusti Ayu Made Rai atau Raden Ayu Pemecutan alias Hj RA Siti Khotijah, putri Raja Pemecutan III yang menjadi mualaf. Kisah wafatnya yang tragis serta cerita tentang doa yang terkabul setelah berziarah ke makam ini menjadikannya salah satu situs spiritual yang banyak dikunjungi.
Peziarah datang untuk memanjatkan doa, bersyukur, atau memohon keberkahan. Anisa (28), seorang peziarah asal Gerokgak, Buleleng yang kini menetap di Jimbaran, Badung, mengunjungi makam ini pada Kamis (27/2/2025) sebagai bentuk rasa syukur atas kesembuhan anaknya.
“Anak saya sakit telinga cukup parah beberapa hari lalu, sampai keluar cairan. Saya bernazar, jika sembuh, akan berziarah ke makam ini. Alhamdulillah, sehari sebelum saya datang, telinganya sudah bersih,” ujar Anisa kepada NusaBali.com.
"Saya berdoa dan saya bacakan surat Al-Fatihah di depan makam, tetapi
dari sisi luar teralis karena makamnya dikunci,” imbuh Anisa.
Kebiasaan ini tidak hanya dilakukan oleh individu, tetapi juga oleh rombongan dari luar Bali yang datang menggunakan bus, terutama pada hari Kamis, Jumat, dan Sabtu.
Harmoni Hindu-Islam di Makam Keramat
Tokoh Puri Gerenceng Pemecutan, AA Ngurah Agung atau yang akrab disapa Turah Kingsan, menegaskan bahwa Makam Keramat Agung Pemecutan merupakan simbol keharmonisan antara umat Hindu dan Islam sejak era Kerajaan Badung hingga kini. Makam ini juga menjadi bukti hubungan erat antara Bali dan Madura, mengingat RA Siti Khotijah merupakan istri dari Pangeran Cakraningrat IV dari Madura.
“Tradisi berziarah ini mirip dengan konsep sesangi di Bali. Leluhur kita, baik yang di Jawa maupun di Bali, memiliki kebiasaan yang serupa. Tinggal bagaimana kita menafsirkannya sesuai dengan keyakinan masing-masing,” kata Turah Kingsan.
Menurutnya, peziarah yang datang selama Ramadan tidak mengalami penurunan, justru semakin ramai menjelang berbuka puasa. Kebetulan, 1 Ramadan 1446 H jatuh pada Sabtu (1/3/2025), bertepatan dengan hari-hari ziarah rutin. Dalam sehari, lima hingga sepuluh bus peziarah dapat terlihat parkir di sekitar area makam.
Juru Kunci Baru Akan Diangkat
Saat ini, peziarah yang datang umumnya berkomunikasi terlebih dahulu dengan pihak pengelola makam atau langsung dengan Turah Kingsan. Sejak wafatnya Jero Mangku I Made Puger, juru kunci makam pada tahun 2022, belum ada pengganti resmi.
Harmoni Hindu-Islam di Makam Keramat
Tokoh Puri Gerenceng Pemecutan, AA Ngurah Agung atau yang akrab disapa Turah Kingsan, menegaskan bahwa Makam Keramat Agung Pemecutan merupakan simbol keharmonisan antara umat Hindu dan Islam sejak era Kerajaan Badung hingga kini. Makam ini juga menjadi bukti hubungan erat antara Bali dan Madura, mengingat RA Siti Khotijah merupakan istri dari Pangeran Cakraningrat IV dari Madura.
“Tradisi berziarah ini mirip dengan konsep sesangi di Bali. Leluhur kita, baik yang di Jawa maupun di Bali, memiliki kebiasaan yang serupa. Tinggal bagaimana kita menafsirkannya sesuai dengan keyakinan masing-masing,” kata Turah Kingsan.
Menurutnya, peziarah yang datang selama Ramadan tidak mengalami penurunan, justru semakin ramai menjelang berbuka puasa. Kebetulan, 1 Ramadan 1446 H jatuh pada Sabtu (1/3/2025), bertepatan dengan hari-hari ziarah rutin. Dalam sehari, lima hingga sepuluh bus peziarah dapat terlihat parkir di sekitar area makam.
Juru Kunci Baru Akan Diangkat
Saat ini, peziarah yang datang umumnya berkomunikasi terlebih dahulu dengan pihak pengelola makam atau langsung dengan Turah Kingsan. Sejak wafatnya Jero Mangku I Made Puger, juru kunci makam pada tahun 2022, belum ada pengganti resmi.
Selagi pintu Makam Keramat Agung Pemecutan dibuka, kata Turah Kingsan,
peziarah pasti ada saja yang berkunjung setiap hari tanpa mengenal
waktu. Untuk itu, Turah berharap, nantinya bisa diangkat beberapa juru
kunci nanti agar peziarah dapat leluasa dan tertib berkunjung.
peziarah pasti ada saja yang berkunjung setiap hari tanpa mengenal
waktu. Untuk itu, Turah berharap, nantinya bisa diangkat beberapa juru
kunci nanti agar peziarah dapat leluasa dan tertib berkunjung.
“Rencana kami, nanti akan ada lebih dari satu juru kunci agar penjagaannya bisa di-shift. Dengan begitu, peziarah tetap bisa berkunjung tanpa kendala,” ungkap Turah Kingsan yang juga Ketua
Persaudaraan Hindu Muslim Bali (PHMB) ini. *rat
Persaudaraan Hindu Muslim Bali (PHMB) ini. *rat